Selasa, 17 Januari 2017

Drama Bahasa Inggris dan Terjemahannya



BETRAY OF LOVE
Irwan   : Hi Honey!
Sry       : Hi too!
Irwan   : Honey! You are very beautiful today.
(Sayang, kamu sangat cantik hari ini)
Sry       : Thank You, you also handsome today.
(Terimah kasih, kamu juga ganteng hari ini)
Irwan   : Really!
(sry mengangguk)
Irwan   : Honey! Look In the Sky very much stars.
(Sayang! Lihat  di langit banyak bintang)
Sry      : Stars? This is daylight honey.
(Bintang? Inikan siang hari sayang)
Irwan  : owh yes. Sorry. Honey?
Sry      : yes, why honey?
Irwan  : Do you know different you and sun?
(Apakah kamu tahu perbedaan kamu dan matahari?)
Sry      : No, what honey?
(Tidak, apa sayang?)
Irwan   : If sun brightening in the world and you brightening my life and my heart.
(Kalau matahari menerangi dunia dan kamu menerangi hidupku dan hatiku)
(Sry tersipu malu dan memberikan pukulan manja kepada irwan)
Sry      : ihhhh… you are naughty!
(ihhhh… kamu nakal)
Irwan    : By The Way, My old friendly in senior high school will come in here, and I will acquaint you to their.
(BTW, sahabat lamaku di SMA akan datang kesini, dan saya akan memperkenalkan kamu kepada mereka)
Sry       : Okay no problem.
(OK, tidak masalah)

Suratin dan Ismail pun tiba di restaurant ditempat dimana irwan dan sry berada. Suratin menelpon irwan. Mendengar hp nya berbunyi irwan mengangkat telepon dari suratin.
Irwan    : Hallo! Where are you? (Halo! Dimana kamu?)
Suratin  : I have just arrive in restaurant. Where are you?
(Saya baru saja tiba di restoran. Dimana kamu?)
Irwan    :  I’m here. (Saya disini)
Suratin  : Where? (Dimana?)
Irwan mengangkat tangannya dan memanggil Ismail dan Suratin.
Irwan   : Suratin! Ismail! In here. (Disini)
Ismail  : That’s he. (Itu dia)
Suratin dan ismail datang menghampiri meja Irwan dan Sry. Ketika sahabat irwan mulai mendekat Sry tiba-tiba panik dan buru-buru mau ke kamar mandi.
Sry     : I must to bathroom now. (Saya harus ke kamar mandi sekarang)
Irwan  : Okay be careful honey! (Ok hati-hati sayang!)
Sry  pun meninggalkan meja tempat mereka makan.
Irwan  : How are you brother? (Apa kabar saudara?)
Ismail & suratin : Fine and you? (Baik dan kamu?)
Irwan  : Alhamdulillah fine too. Thanks! Have a seat. (Baik juga. Terima kasih! Silahkan duduk)
Suratin  : You’re welcome. (Sama-sama)
Ismail  : where are your girlfriend? (Dimana pacarmu?)
Suratin  : Yes.  I guess you  want to acquaint her to us.
(Ya. Saya kira mau memperkenalkannya kepada kami)
Irwan    : Yes of course. She is going to bathroom now.
(Ya tentu saja. Dia lagi ke kamar mandi sekarang)
Ismail   : By The Way. May I eat this food ? I’m hungry.
(Bolehkah saya makan makanan ini? Saya lapar)
Irwan   : Of course brother. I will pay all. (Tentu saja saudara. Saya akan bayar semua)
Suratin  : Good.
Ismail   : Very long time I don’t see you irwan.
(Sudah lama sekali saya tidak bertemu kamu irwan)
Irwan   : I too. I very miss you all. (Saya juga, saya sangat merindukan kalian)
Suratin  : I miss when we still in senior high school, we always together .
(Saya merindukan ketika kita masih SMA, kita selalu bersama)
Ismail   : Yes I remember when we all got punishment from mathematic teacher. Who is name the teacher?
(Ya saya ingat ketika kita semua mendapat hukuman dari guru matematika. Siapa namanya?)
Irwan   : mmmmm…. Mr. Wahyu.
Ismail  : Yes right. He is so cruel. (Ya benar. Dia sangat kejam)
Suratin  : That’s all because we did not work assignment from him.
(Itu semua karena kita tidak mengerjakan tugas darinya)
Irwan  : But I miss that teacher. (Tapi saya rindu guru itu)
Ismail  : Yes, and I remember  you and irwan like with Ajeng but she be opting me. Hahaha
(Ya, dan saya ingat kamu dan irwan menyukai ajeng tapi dia lebih memilih saya)
Irwan dan Suratin sontak berdiri
Suratin : Please I want not remember it. (Saya mohon, saya tidak ingin mengingat masalah itu)
Irwan   : Yes, it’s hurt for remembering. (Ya, itu menyakitkan untuk diingat)
Ismail  : I’m sorry brother. I promise will forget that problem. Please sit down again.
(Saya minta maaf, saya berjanji akan melupakan masalah itu. Silahkan duduk kembali)
Suratin  : Ok, anyway where your girlfriend Irwan?
Irwan   : Astaghfirullah I’m forget.
Irwan menelepon sry
Irwan : Assalamualaikum honey, where are you? Are you ok? Ok No problem I will visite you after  I come back from here . Ok bye.
Suratin : What’s up? (Ada apa?)
Irwan  : She came back because she has stomachache.
(Dia pulang karena dia sakit perut)
Ismail :  She is so pity. (Kasihan dia)
Irwan  : Yes, I think so. I think I must come back now. I want to visite her.
(Ya, saya pikir begitu, saya pikir saya harus pulang sekarang. Saya ingin mengunjungi dia)
Ismail  : Ok, but tomorrow  you must  to come again in here, I want to introduce my girlfriend to you.
(Ok, tapi besok kamu harus datang kesini lagi, saya akan mengenalkan pacar saya ke kamu)
Suratin  : Yes, we hope  you can bring your girlfriend.
(Ya, kami harap kamu dapat membawa pacar kamu)
Irwan   : siippp.. before  we come back How we selfie.
Ok.. bye see you tomorrow.
Ismail  : yeahh sip brother.
The next day  Suratin, Ismail, and his girlfriend wait irwan in restaurant. Irwan came alone in there but irwan very surprised when he seen ismail’s girlfriend.
Irwan : Table number seven.
Suratin  : Irwan in here. (Irwan disini)
Ismail : bebs That’s my friend. (Sayang itu teman saya)
Sry     : What? That’s your  friend. (Apa? Itu teman kamu)
Sry terdiam dan telihat ketakutan .
Irwan  : Hy brother! This your girlfriend? (Ini pacar kamu?)
Ismail  : Yes, where your girlfriend ? (Ya, mana pacar kamu?)
Irwan  : She is very busy. Sry…. What are you doing in here?
(Dia sangat sibuk. Sry .. apa yang kamu lakukan disini?)
Ismail  : You known her? (Kamu mengenalnya?) 
Irwan  : Yes, She is my girlfriend. (Ya, dia pacar saya)
Ismail : Imposibble she is my girlfriend. (Tidak mungkin, dia pacar saya)
Irwan  : Sry? What this? (Sry? Apa ini?)
Sry     : I will give you reason. (Saya akan memberikan kamu alasan)
Irwan  : I think you are my friendly (Saya pikir kamu adalah sahabat saya)
Ismail  : Sorry. I don’t know if she is your girlfriend.
(Maaf, saya tidak tahu kalau dia pacar kamu)
Suratin : Be patient brother, we can good talk. (Sabar  saudara, kita dapat bicara baik2)
All       :
Suratin  : ok.. ok.. but we..
All        :
Irwan     : Sry now you choice . he or me? (Sekarang kamu pilih dia atau aku)
Ismail   :  I think this just miscommunication brother

Irwan   : What? Brother? You are not my brother  again.
(What? Saudara? Kamu bukan saudara saya lagi)
Sry      :  Honey.
Irwan   : Don’t call me honey again. I’m dispointed with you
(Jangan panggil saya sayang lagi. Saya kecewa dengan kamu)
Irwan   : Choice now (Pilih sekarang)
Sry       : Sorry Honey I very love him. (Maaf sayang saya sangat mencintainya)
Irwan   : OK fix, you choice him. No problem. Let’s go bebs we come back to home. Bye.
(Ok fix, kamu memilihnya. Tidak masalah. Ayo sayang kita pulang ke rumah. Bye)
Sry      : Honey.
Irwan  : Why? Owh.. now you and me end.
Ismail  : Don’t touch me. You think I want to you. No, wait me bebs.
(Jangan menyentuhku. Kamu pikir saya mau sama kamu. Tidak, tunggu saya bebs)

THE END





Kamis, 15 Oktober 2015

FITRAH DAN AL-QUR'AN



Nama pengarang: Irwan Saputra                                                               Prodi: Ekonomi Islam (EI’b)
FITRAH DAN AL-QUR’AN
Ditengah perkembangan zaman dan teknologi yang semakin canggih seakan menjadi masalah kompleks bagi generasi muda ataupun generasi muslim saat ini. Banyaknya budaya asing yang masuk tidak hanya merubah pola hidup masyarakat masa kini tapi juga melunturkan nilai-nilai keislaman yang diajarkan kepada umat muslim melalui Al-Qur’an dan Hadist. Adanya pergeseran budaya itu dapat dilihat dari generasi muslim saat ini yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk bermain-main, lebih banyak memilih curhat bahkan memanjatkan doa melalui media sosial baik menggunakan akun facebook, twitter, BBM, dan lain sebagainya. Padahal telah diajarkan untuk selalu berserah diri dan hanya meminta kepada Sang kuasa yakni Allah Swt. Pada saat ini ayat-ayat Al-Qur’an sudah jarang terdengar lagi karena tertindas kepopuleran lagu-lagu yang sedang booming saat ini bahkan jarang sekali terlihat generasi muslim saat ini memegang Al-Quran selain Handphone dan Gadget mereka. Tetapi tidak dengan generasi muslim yang satu ini yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai keislaman dan sangat mencintai Al-Qur’an bahkan berniat untuk menghafalnya. sebut saja namanya Fitrah. Dia tinggal di Ibu kota disalah satu daerah terbesar di Indonesia dimana ia tinggal bersama keluarga besarnya. Dia berasal dari keluarga yang cukup mapan, ayahnya bekerja sebagai pegawai negeri disalah satu instansi dikotanya sekaligus pemilik toko meibel yang cukup terkenal didaerahnya. Sedangkan ibunya hanya membantu ayahnya mengurus toko meibel milik ayahnya. Dia mempunyai satu saudara perempuan yang telah menikah dengan salah satu prajurit TNI Angkatan Laut. Dan dia juga memiliki seorang adik laki-laki yang duduk dikelas 1 smp atau 6 tahun lebih muda dari Fitrah yang duduk dikelas 3 SMA disalah satu sekolah favorit didaerahnya. Meskipun dia hidup berkecukupan tapi dia tidak pernah sombong dan bangga karena dia menyadari apa yang dimilikinya saat ini hanya titipan dari Sang Khalik.
 Suatu hari Fitrah yang duduk dikelas 3 SMA akhirnya dinyatakan lulus setelah nilai yang diperoleh dari Ujian Nasional (UN) melewati standar yang telah ditetapkan. Dia pun sangat senang dengan itu dan tibalah waktu dimana ia harus menentukan kemana dia harus melanjutkan pendidikannya setelah lulus SMA. Fitrah yang memiliki cita-cita menjadi Hafizh Qur’an (penghafal- qur’an) berniat untuk masuk disalah satu pesantren khusus penghafal qur’an yang ada didaerahnya. Hal yang menjadi motivasi utama Fitrah menjadi Hafizh Qur’an adalah karena ibu dan ayahnya buta huruf dalam membaca qur’an. Tetapi, ketika ia menyampaikan niat mulyanya itu kepada orang tuanya, hal itu  tidak mendapat tanggapan baik dari ayahnya. Ayahnya sangat tidak setuju dengan niat Fitrah itu, karena ayahnya menginginkan dia untuk lanjut ke perguruan tinggi agar fitrah dapat mengikuti jejak ayahnya sebab ayahnya selalu mengatakan “Kamu mau jadi apa kalau kamu lanjut kepesantren penghafal itu? Palingan hanya jadi imam saja. Itu tidak tidak bisa menjamin masa depanmu nanti” begitulah yang dikatakakan oleh orang awam akan agama. Tapi Fitrah tetap pada pendiriannya untuk lanjut kepesantren itu dan ayahnya juga tetap tidak setuju. Akhirnya Fitrah menawarkan kesepakatan kepada ayahnya untuk memberikan kesempatan kepada dia untuk masuk kepesantren pengahafal itu selama satu tahun setelah dia berhasil mengahafal qur’an dia akan menuruti keinginan ayahnya untuk masuk keperguruan tinggi dan ayahnya pun setuju dengan itu. Disatu sisi Fitrah sangat senang karena mendapat persetujuan dari ayahnya, tapi dilain sisi ada tugas berat yang harus ia capai karena harus menhafal qur’an dalam waktu singkat sedangkan ia belum terlalu fasih dalam membaca qur’an.
Hari yang dinantikan Fitrah pun tiba, dia pun diterima untuk masuk kepesantren khusus penghafal itu. Di pesantren itu Fitrah pun diajarkan tentang metode efektif dalam menghafal Qur’an dan dia pun melakukan apa yang diajarkan kepadanya. Satu tahun sudah Fitrah berada di pesantren itu tapi dia hanya mampu menghafal 10 juz sehingga dia meminta kesempatan kepada ayahnya satu tahun lagi untuk menghafal Qur’an dan ayahnya pun setuju. Ditahun kedua Fitrah sempat menyerah untuk menghafal Qur’an karena ternyata menghafal Qur’an tidak semudah yang dia bayangkan. Tapi ketika dia melihat seorang anak berumur enam tahun disalah satu stasiun televisi nasional yang bisa menghafalkan Al-Qur’an dengan lancar seakan membangkitkan semangatnya lagi untuk bisa menghafalkan Qur’an. “Kalau anak kecil saja bisa, kenapa saya tidak” itu lah kata-kata yang selalu terbesik didalam hatinya dan dia pun melanjutkan usahanya untuk menghafal Qur’an. Ditahun kedua ini Fitrah belum juga bisa menyelesaikan hafalan Qur’annya karena dia baru mampu menghafal 25 juz dan kembali meminta kesempatan kepada ayahnya satu tahun lagi untuk menyelesaikan hafalannya, meski ayahnya sempat keberatan namun akhirnya ayahnya pun memberikan satu tahun terakhir untuk fitrah menyelesaikan hafalannya.
Dipertengahan tahun ketiga Fitrah berada di pesantren itu ujian berat menimpa dia dan keluarganya. Ayahnya meninggal dunia karena kecelakaan. Fitrah pun sangat sedih dengan kepergian ayahnya itu karena selama di pesantren ia jarang sekali berhubungan dengan ayahnya dan dia juga sangat sedih karena belum sempat memenuhi keinginan ayahnya untuk dia lanjut ke perguruan tinggi. “Ya Allah ampunilah dosaku dan dosa ayahku, tempatkanlah dia disisimu” itulah doa yang dipanjatkan Fitrah dengan linangan air mata. Ujian bagi Fitah dan keluarganya belum sampai disitu ternyata ayahnya memiliki banyak utang sehingga memaksakan mereka untuk menjual segala aset peninggalan ayahnya hingga tidak ada lagi yang tersisa. “sudah jatuh, tertimpa tangga pula” itulah kata pepatah yang pantas bagi fitrah dan keluarganya atas kemalangan yang menimpa mereka. Kehidupan fitrah dan keluarganya pun berbalik 360 derajat, yang dulunya serba berkecukupan dan sekarang serba kekurangan. Ibu Fitrah pun jatuh sakit karena belum bisa menerima ujian yang diberikan kepada mereka. Berbagai ujian yang menimpa keluarga Fitrah tentu sangat mempengaruhi hafalan Qur’annya yang sampai tahun ketiga ini belum juga selesai dan dia juga berniat untuk menghentikan hafalannya karena dia berfikir dia sudah tidak punya biaya untuk tetap berada di pesantren penghafal itu. Meski pihak pesantren telah membebaskan dia dari  biaya melalui beasiswa yang diberikan kepadanya. Tapi dia tetap ingin menghentikan hafalannya karena dia merasa putus asa sebab dia menganggap Allah tidak adil dan sayang kepadanya dengan banyaknya ujian yang menimpa keluarganya itu.
Suatu hari Fitrah bertemu dengan salah satu ustadz pembimbngnya di pesantren untuk mengajak Fitrah kembali ke pesantren. Fitrah tak lantas menerima ajakan itu, dia pun bertanya kepada ustadz pembimbingnya “Ustadz bukannya Allah mencintai hamba-hamba yang mencintainya, dan mencintai wahyu dan ciptaanya seperti aku yang sangat mencintai Al-Qur’an dan berusaha menghafalnya. Tapi mengapa dia memberikan cobaan ini kepadaku dan keluargaku?”
 Ustadz itu pun menjawab pertanyaan fitrah “Allah memberikan ujian berat kepadamu bukan karena dia tidak cinta dan sayang sama kamu tapi karena Allah melihat kamu kuat sebab Allah tidak akan menguji hambanya diluar batas kemampuannya”
mendengar jawaban itu Fitrah sontak berkata “Tapi buktinya saya tidak kuat menhagadapi ini semua”
Ustadz itu kembali berkata “Saya yakin kamu kuat, serahkan saja semua kepada Allah, ikhlaskan semua yang telah terjadi kepadamu Allah pasti memiliki rencana indah dibalik musibah yang menimpamu dan keluargamu. Dan ingat Allah itu Maha pengasih lagi Maha penyayang”
Mendengar perkataan ustadz pembimbingnya itu Fitrah langsung mengucapkan istighfar dan memohon ampun kepada Allah karena dia sempat lupa diri dan meragukan keagungan Allah. Tapi Fitrah belum bisa menerima ajakan ustadznya itu sebab dia harus menjaga ibunya yang sedang sakit. Pada  akhirnya Fitrah pun menerima ajakan ustadznya itu untuk kembali ke pesantren setelah sang ibu mengizinkannya dan memberikan motivasi kepada Fitrah untuk menyelesaikan hafalannya sebagai tanda ia sayang kepada ibunya. Setelah di pesantren Fitrah pun berusaha keras untuk mengahafal Qur’an ditahun ketiganya ini berada di pesantren. Akhirnya dengan segala usaha dan rintangan yang menghalanginya diakhir tahun ketiga ini Fitrah pun berhasil menyelesaikan hafalan 30 juz nya dan tibalah waktu dia untuk diwisuda sebagai tanda dia hatam (tamat) menghafalkan Qur’an. Pada saat proses wisuda tercipta suasana haru antara Fitrah dan ibunya. Tentunya Fitrah tidak bisa menahan air matanya karena apa yang dia cita-citakan bisa tercapai, sama halnya dengan ibunya tentunya merasa bangga terhadap prestasi anaknya yang digambarkan melalui air mata. Tapi sayang sang ayah tidak dapat melihat keberhasilannya dalam menghafal Qur’an.
Setelah berhasil menghafalkan Qur’an Fitrah berusaha untuk selalu mengkaji Al-Qur’an dan selalu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-harinya. Suatu hari Fitrah diminta untuk mewakili provinsinya untuk mengikuti lomba hafalan Qur’an 30 juz tingkat nasional dan diapun menerima tawaran itu. Hal yang tidak pernah terfikirkan oleh Fitrah yakni dia berhasil menjadi juara pertama pada lomba itu dan berhak memperoleh hadiah uang pembinaan sebesar 100 juta sekaligus mewakili Indonesia pada lomba yang sama tingkat International di Malaysia. Fitrah sangat senang dan bangga akan prestasinya itu dan menyerahkan 70 persen hadiahnya kepada keluarganya yang sedang dilanda krisis ekonomi dan menyisihkan 30 persen dari hadiahnya kepada anak yatim dan fakir miskin yang juga membutuhkan. Fitrah pun menyiapkan dirinya sebaik mungkin untuk menghadapi lomba hafalan Qur’an tingkat international. Fitrah tidak pernah terfikir bahwa Al-Quran lah yang menghantarkan dia untuk pertama kalinya menginjakkan kaki diluar negeri  tentunya dia sangat bersyukur akan itu.
Tibalah waktu dimana Fitrah harus berangkat keluar negeri untuk mengikuti lomba hafalan Qur’an itu. Dia pun meminta restu kepada keluarga terkhusus kepada ibunya untuk mendoakan dia semoga dia bisa memberikan hasil maksimal pada lomba itu. Dengan linangan air mata ibunya pun merestui kepergian Fitrah dan tak henti-hentinya berdoa agar Fitrah dapat sampai dengan selamat ditempat  tujuan dan memperoleh hasil terbaik pada lomba itu. Setelah berlomba tibalah waktu yang ditunggu-tunggu yaitu pengumuman hasil lomba dan tak disangka-sangka Fitrah mendapat juara pertama pada lomba itu. Fitrah pun tidak bisa berkata-kata dia hanya bisa menangis meluapkan kegembiraannya  dan dia tidak henti-hentinya mengucap syukur dan terima kasih kepada Allah Swt atas keberhasilan yang diraihnya. Karena Fitrah berhasil menjadi yang terbaik maka dia berhak atas hadiah satu paket berangkat haji ke tanah suci untuk Fitrah dan keluarganya juga berhak menerima uang tunai yang jika dirupiahkan sebesar 367 juta rupiah. Setibanya dia di tanah air, ia langsung disambut tangisan dan pelukan sang ibu yang menyambutnya di bandara.
Tentunya ini prestasi yang membanggakan dari Fitrah, tidak hanya bagi keluarganya saja tapi juga bagi bangsa dan negaranya. Dan akhirnya Fitrah bisa mewujudkan apa yang dicita-citakan setiap anak untuk memberangkatkan haji orang tuanya. Fitrah memang salah satu anak yang sangat menyayangi kedua orang tuanya, dia sering berfikir jika dia diperkenankan masuk ke surga dan dia diberikan tiket tambahan untuk menemaninya di surga maka orang pertama yang akan dia panggil adalah kedua orang tuanya.
Kehidupan Fitrah dan keluarganya mulai bangkit kembali, uang dari hadiah yang ia dapatkan digunakan sebagai modal untuk membuka usaha laundry dan usahanya bisa dibilang berhasil dan taraf kehidupan fitrah dan keluarganya semakin naik tapi dia tidak pernah lupa untuk selalu menyisihkan apa yang dia punya kepada orang-orang yang membutuhkan. Memikirkan keberhasilannya ini Fitrah sering teringat masa lalu ketika keluarganya diberikan ujian yang cukup berat dan harus memulai kehidupan baru dari  titik nol. Keberhasilan Fitrah saat ini juga mengingatkan dia dengan perkataan ustadz pembimbingnya “Ternyata inilah rencana indah yang dijanjikan Allah kepadaku dibalik ujian berat yang menimpaku seperti apa yang dikatakan ustadzku dulu”. Satu lagi hikmah yang dapat Fitrah petik yaitu ini mematahkan pendapat ayahnya yang mengatakan masa depan Fitrah tidak bisa terjamin jika ia menjadi seorang penghafal Qur’an. Tapi, pada kenyataanya Al-Qur’an lah yang menyelamatkan Fitrah dari keterpurukan dan menyelamatkan krisis ekonomi yang menimpa keluarganya. Andai saja ayahnya Fitrah masih hidup, dia hanya ingin mengatakan kepada ayahnya untuk tidak pernah meragukan kedahsyatan Al-Qur’an. Dia juga ingin mengatakan kepada ayahnya untuk tetap tenang di alam sana dan tidak perlu menghawatirkan dia dan keluarganya didunia sebab Al-Qur’an akan selalu bersama mereka.

“Sekian”